BUMN Ku Sayang, Adik Ku Malang
Tulisan ini dibuat berdasarkan hati nurani seorang kakak yang kasihan melihat adiknya harus menjadi budak BUMN. Tulisan ini pun lahir karena hampir setiap hari saya selalu menjemput adik saya dan selalu mendengar keluh kesahnya sepulang bekerja. Ada sukanya tetapi lebih banyak duka dan sumpah serapah yang ia terima. Jadi wajar jika dalam tulisan ini saya hanya melihat dari sudut pandang adik saya, boleh percaya boleh tidak.
Cerita ini hadir ketika adik saya yang lulusan SMA sudah berbulan-bulan mencari pekerjaan dari satu pulau ke pulau lain sampai akhirnya dia menyerah dan memutuskan untuk bekerja di pulau domisili, pulau Sumatera. Berkali-kali memasukan lamaran ke toko, perusahaan, dan beberapa kenalan keluarga adik saya akhirnya berlabuh dan bekerja di salah satu BUMN. BUMN ini tidak akan saya sebutkan mereknya, yang jelas BUMN ini memberikan pemodalan bagi keluarga menengah ke bawah untuk memiliki produk yang bisa dijual.
Pada BUMN ini adik saya bekerja sebagai pembina kelompok keluarga yang sudah diberi modal sekaligus penagih hutang (uang pengembalian modal) para keluarga yang harus dibayar mingguan. Terdengar seperti tugas yang tidak terlalu berat jika tugasnya hanya menagih iuran lalu merekap dan selesai. Kenyataan di lapangan, sangat pahit dan berdarah-darah. Mulai dari jam kerja yang luar biasa panjang, sumpah serapah nasabah, sampai luka jahitan di dagu karena ditabrak burung hantu pernah adik saya alami ketika bekerja di BUMN ini. Bayangan saya ketika mendengar kata BUMN yang terkenal akan gajih yang luar biasa tinggi jadi JIJIK mendengarnya. Ya semoga ini hanya terjadi di sini karena mungkin SDMnya yang tidak mempuni sehingga kurang dalam hal manajemen.
Inilah beberapa hal yang membuat saya gondok jika mendengar nama BUMN ini (berdasarkan kisah dan apa yang dialami adik saya)
1. Jam Kerja yang Tidak Tahu Aturan
Babi, anjing, dan Kampang, mungkin adalah kata yang tepat merepresentasikan kekesalan saya pada jam kerja di BUMN ini. Adik saya harus siap-siap bekerja sama seperti pekerja lain pada umumnya jam setengah tujuh bangun, jam tujuh siap-siap, dan jam setengah delapan berangkat kerja. Telihat normal bukan, seorang pekerja berangkat kerja jam setengah delapan. Tetapi babi, anjing, kampangnya adalah ketika jam pulang kerja yang tidak menentu. Jam lima sore? Bukan, Jam enam sore? Juga bukan. Setengah delapan sampai jam enam sore itu saja sudah sepuluh jam lebih tiga puluh menit sudah melebihi sekitar satu jam dari jam kerja normal pada umumnya. Ada yang bisa menebak adik saya pulang jam berapa? Jam sepuluh malam sering, jam sebelas malam lumayan, jam dua belas malam pernah dengan intensitas sebulan dua kali lah, yang paling ekstream jam satu dini hari.
Super bukan bekerja dari jam setengah delapan pagi sampai jam satu dini hari. Tiga per empat hidupnya dihabiskan hanya untuk urasan kerja dan keluarga dilupakan sebab setelah kerja jangankan makan malam dia pun langsung tidur. Saya sempat bertanya apa yang dilakukan sampai selarut itu? Jawabannya selalu sama ada selisih masalah input uang iuran nasabah di hari itu. Hello emang selisih itu tidak bisa diselesaikan besok sampai kalian mengganggu waktu orang bersama keluarganya. Alasan yang paling GONDOK adalah jam sepuluh malam mereka masih di rumah nasabah untuk menagih dan menunggu nasabah membayar iuran. BUSEEETTT enggak ada waktu lain apa nagihnya? Dia bilang soalnya tadi pagi nasabahnya belum ada uang, terus ngejanjiin sore, dan sorepun begitu sampai ngejanjiin malem. Intinya mengejar nasabah sampai hari itu bayar iurannya tidak peduli dia ada uang untuk membayarnya jam berapapun.
2. Gaji yang GAK Seberapa
Melihat jam kerja di atas yang sampai paling lama itu kira-kira delapan belas jam harusnya gajinya pun besar dong ya. Ternyata standar, tidak lebih dari UMR kabupaten hanya dua koma empat juta rupiah (Rp 2,4 Juta) yang ada malah kurang. Itumah kalau lonte sudah disewa selama itu sebulan udah kebeli rumah, lah adik saya sebulan gaji segitu cuma cukup buat beli kuota, keperluan perawatan wajah, sama iuran motor. Sungguh malang Dek nasibmu, dan dia selalu jawab “Engga apa-apa buat pengalaman kerja”. Pernah sekali kurang dari angka 2,4 juta karena adik saya saat itu tidak masuk selama seminggu karena harus dirawat di rumah sebab kecelakaan kerja dan tidak diberitahu untuk melakukan presensi di kantor. Dipangkas gaji yang tidak seberapa itu menjadi 1,9 Juta, hadeeehhhh.
3. Sumpah Serapah Nasabah Makanan Hampir Setiap Hari
Temen-temen pembaca pasti tahu kalau di Indonesia orang yang punya hutang selalu lebih GALAK dengan orang yang memberinya hutang. Mungkin kalimat itu cocok untuk menggambarkan kondisi menyedihkan adik saya ketika harus menagih uang iuran kepada nasabah yang notabenenya adalah emak-emak. Mulutnya pedes sepeti sambel ayam geprek yang dibungkus dengan karet dua, bukan dua tapi karet seratus mungkin.
Banyak cerita terkait nasabah bermulut emaknya Malin ini. Salah satu yang membuat saya geram adalah ketika seorang nasabah bernama emak Ula (diambil dari potongan nama aslinya) yang ketangkap tangan menyembunyikan uang iuran nasabah lain yang berada dalam naungan kelompoknya. Ceritanya saat itu adik saya menagih emak Ula seperti biasa dan emak-emak cerewet ini memberika seluruh uang nasabah yang membayar padanya dan bilang bahwa ada dua orang yang tidak bayar. Adik saya sebagai petugas tentu bertanggungjawab dan bertanya langsung pada dua orang yang kata emak Ula itu tidak bayar.
Usut punya usut ternyata dua orang itu bayar kepada emak Ula hanya saja emak Ula yang entah lupa atau sengaja tidak setor pada petugas. Hari semakin malam lalu adik saya datang ke rumah emak Ula untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Bukannya dapat uang iuran dua orang tadi, adik saya malah di sumpah serapah, semua isi kebun binatang diabsen, didoakan menjadi perawan tua lah, dan hal itu ada rekamannya di HP adik saya. Yang bikin kesal emak Ula berdalih bahwa uang dua nasabah itu uang kecil dan dia bisa dapatkan uang yang lebih besar untuk apa dia menyembunyikan uang tersebut. Ingin saya kembali memakinya dan bilang “WOY MAK KALAU BISA DAPET UANG LEBIH BESAR DARI DUA UANG IURAN NASABAH ITU NGAPAIN LU MINJEM MODAL DI SINI, ANJING LU”. Sebenarnya adik saya pun berpikir demikian, sayang dia harus profesional dalam bekerja jadi ketika di sumpah serapah dia hanya diam dan cukup merekamnya jika-jika masalah ini jadi besar dia punya barang bukti.
4. Berdarah-darah Karena Bertabrakan dengan Burung Hantu
Sebenarnya masih ada beberapa hal tapi cerita ini sepertinya jadi penutup. Pernah adik saya sudah menyelesaikan kerjanya di hari itu tetapi karena belum bisa pulang jika pegawai lain masih ada yang belum menyelesaikan mengumpulkan iuran. Adik saya dan teman-temannya membatu rekan kerjanya tersebut dan harus berkendara dalam gelapnya malam yang hanya diterjang dengan penerangan ala kadarnya dari lampu sepeda motor. Bukannya uang iuran dia dan teman-teman dia dapatkan, naas di tengah gelap dia harus bertabrakan wajah dengan bada burung hantu yang kebelutan lewat pas di depan wajahnya. Kejadian ini membuat dia kaget dan kesakitan sampai harus membanting sepeda motornya, yang justru membuat wajah, tangan, dan kakinya luka-luka bahkan dagunya harus dijahit entah karena bertumbukan langsung dengan aspal atau tercakar oleh kuku tajam burung hantu.
Hikmah kejadian itu adalah adik saya libur bekerja sampai seminggu lamanya dan saya tidak harus menjemput dia di tengah mimpi saya di malam hari. Hal itu dianggap kecelakaan kerja dan ada tanggungan biaya pengobatan dari asuransi. Namun tetap saja padahal atasan adik saya tahu dia mengalami kecelakaan dan harus tidak masuk selama seminggu tetapi mengapa gajinya dipotong dengan dalih tidak melakukan presensi harian, LOL.
Itu dia tadi sebenarnya cerita adik saya tetapi karena saya selalu menjemput dan mendengan keluh kesahnya saya jadi greget mau menulis kisah dia. Tulisan ini tidak bermaksud memojokan pihak lain kecuali si emak Ula (sengaja saya pojokan dia dan semoga tulisan ini dibaca anaknya). Hanya saja semoga hal ini hanya terjadi di BUMN cabang kabupaten saya saja dan tidak terjadi di cabang lainnya. Kalau terlanjur terjadi di cabang lainnya mohon lah untuk pemerintah sekiranya membenahi sistem kerja di BUMN ini. Kasihan pegawainya harus kehilangan waktu mereka bersama orang terkasih, aktivitas yang menjadi hobbynya, dan waktu untuk istirahat. Semoga ini juga menjadi pembelajaran untuk kita semua terutama dalam hal jika tidak mau ditagih hutang ya jangan berhutang, kalau pun punya hutang jika ditagih jangan marah dan inget ketika meminta hutangnya dulu. Hehehe SEKIAN. . .
Komentar
Posting Komentar